Untitled

Pernah gak sih, kalian merasa terbebani sama ucapan “terima kasih” dari seseorang? Or at least, merasa terbebani setelah kalian membantu seseorang, dan seseorang itu merasa bahagia atau tenang setelahnya? Harusnya, dan seyogyanya kita merasa ikut senang ya

Jadi, mengapa aku kasih judul untitled, yaa karena aku bingung mau kasih judul apa. Begini, aku terkadang merasa seneng juga sih, saat ada seseorang yang berbicara bahwa dia merasa lega setelah curhat padaku. Padahal, aku cuman sekedar menjadi pendengar yang baik, menyaring segala sesuatu yang bisa aku saring untuk aku jadikan bahan pelajaran. Di sisi lain, memang ada kelegaan tersendiri saat orang bisa dengan mudahnya menaruh kepercayaan mereka pada diriku. Menyimpan rahasia, mendengarkan keluh kesah mereka, berbagi hal baik dengan mereka, itu semua adalah sesuatu yang menurutku privilege. Tapi, pernahkah kalian merasa, terkadang hal itu justru menjadi beban pikiran, karena ada suatu saat dimana kalian butuh untuk menumpahkan dan membuang ‘sampah-sampah’ tersebut?

Seperti sebuah siklus, aku membuang sampah-sampah yang masuk ke tempat pembuangan yang menurutku “pas”. Ringan rasanya setelah aku bisa membuang sampah-sampah tersebut. Terkadang, rasanya sangat jengah dan bosan jika harus terus menerus menjadi “orang yang selalu ada”. Aku, juga butuh seseorang yang tidak hanya aku jadikan tempat pembuangan tetapi tempat untuk bertukar pikiran sehingga aku bisa lebih bertumbuh dengan pemikiran yang baru. “Ah, membicarakan hal ini dengannya ujung-ujungya judgmental, dan aku jadi tambah judgmental.” Ya, aku sering sekali menjadi seseorang yang mudah nge-judge, sesuatu, mungkin aku menjadi seseorang yang toxic, toxis positivity. Memberikan semangat, dan mendorong mereka kalau mereka bisa melalui semuamya dengan lebih baik. Aku butuh seseorang yang bisa membantuku untu membuang sifat tersebut. Sekarang aku lebih banyak diam, dan bertanya “kamu butuh validasi, di dengar atau gimana?” Ini terkesan gimana gitu sih, tapi menurutku itu jauh lebih baik buat “kedamaian” diri kita masing-masing. Ya kan? Kalau kamu merasa jengah dan bosan dengan menjadi seorang “penampung”, katakan saja apa adanya. 🙂

Belajar buat jadi orang yang gak toxic, menahan diri buat jadi orang yang gak terlalu judgmental. Susah. Iya. Tapi, ga ada salahnya dicoba kok. Uhm, jadi sepertinya celotehan aku sampai sini dulu deh, aku tahu ini cerita nanggung dan ga banget, but I can’t hold it anymore.

Tinggalkan komentar